Masihkah ada?
Gelap, sunyi, hanya adzan yang berkumandang mengiringi beranjaknya sang cahaya...tiba-tiba saja dunia memerlukan bantuan remang buatan manusia. Padahal rasanya baru saja matahari menyapa, sekarang tanpa pamit, tanpa menegur, ia sudah kembali tertidur diperaduannya. Detik, menit, jam bergulir tak hentinya. Meninggalkan kita yang masih tetap stay pada keadaan yang sama seperti kemarin. Mungkin ada beberapa langkah yang tercipta, tapi kaki yang begitu kerdil ini tak kan mampu melesat seperti kepakan sayap. Batu-batu kerikil bahkan ombak yang keras menghujam dada sering datang dan membuat kaki ini serasa kaku sehingga langkah terhenti.
Makan, tidur, tertawa, menangis, menonton, dengar musik, memgang buku beberapa saat, mengerjakan tugas, kuliah dan kerja (yang memang kewajiban kita dengan kadang setengah hati), mungkin hal-hal itu saja yang menjadi rutinitas kita sehari-hari, tanpa peduli dengan sang waktu yang semakin jauh meninggalkan torehan sejarah bertambahnya umur. Waktu hanya bisa menatap miris penuh rasa kasihan kepada kita yang tampak menikmati kepergiannya.
Mungkin sesekali kita tersadar sejenak, tersentak dengan yang terjadi, tiba-tiba saja hari berhanti, bulan, tahun, merubah segalanya dalam pandangan kita. Tapi semuanya tak bisa kembali, semuanya sudah terjadi, nasi sudah menjadi bubur dan bubur hanya bisa dimakan tidak untuk dirubah menjadi nasi, mungkin hanya dapat dimodifikasi sehingga sedap bila disantap tapi sekali lagi tak bisa diubah menjadi nasi, apalagi menjadi butiran-butiran beras. Begitu juga dengan hidup, kita hanya bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian, mereview apa yang terjadi, memodifikasinya sehingga ada harapan-harapan baru untuk melanjutkan hidup, merangkai yang rutuh, menegakkan sandaran yang mulai terkulai, menajamkan mata hati yang sudah mulai kabur.
Masihkah ada waktu di hari esok untuk kita? Melakukan apa yang belum dilakukan, mewujudkan apa yang belum diwujudkan, mengatakan apa yang belum dikatakan, menghayati apa yang belum dihayati.
Penyesalan memang datang pada akhir, dan itu yang selalu terjadi pada makhluk yang disebut manusia. Tak ada salahnya dengan kata itu, tapi meminimalisir terjadinya adalah tugas kita. Mereview setiap yang kita lakukan, melihat ke belakang sejenak, merenungi yang sudah terjadi untuk direfresh sehingga mudah untuk melangkah, memperbaharui yang perlu diperbaharui.
DEMI MASA, SESUNGGUHNYA MANUSIA BERADA DI DALAM KESULITAN, KECUALI ORANG-ORANG YANG BERIMAN DAN BERAMAL SHALEH, SALING BERPESAN DALAM KEBENARAN DAN KESABARAN.
Leave a Comment