Enaknya Jadi Komentator, tapi....


Dunia pergosipan tengah menguasai arena pertelevisian, menyaingi acara show boy n girlband, MasyaAllah….! Nggak pagi, siang, sore, bahkan menjelang malam pun deretan acara gosip bergentayangan di berbagai stasiun TV. Sepertinya memang diset sedemikian rupa, biar masyarakat pada tahu info terbaru “seputar selebriti”…si A cerai dengan si B terus selingkuh dengan si C, si D punya pacar baru keturunan raja Malaysia, dll waaaawww!!! Manfaatnya bagi sang penggosip??? Ehhhh…jangan ngelihat ke aku donk!!! Aku juga masih bingung! Ckckck….ngerutin dahi nih…hmmmm.

Emm..mungkin, Yaaahhhh itulah salah satu cara orang mencari uang di jaman “modern” ini, semua upaya dilakukan, asal ada peluang dan konsumennya banyak, semua terlaksana. Nggak peduli orang lain tersakiti or tidak yang penting ada untung di situ. Bukan begitu????

Eh, bukan cuma diTV nih, di kehidupan sehari-hari. Ngelihat ada orang yang salah kostum aja bibir rasanya nggak tahan pengen “diskusiin” ke orang-orang, sambil mata lirik kanan lirik kiri takut ada orang nguping, dibarengi kata-kata “jangan bilang ke orang lain yah, tau nggak sih kamu kalau….bla bla bla”. Kata “Jangan bilang ke orang lain”-nya berlanjut ke orang ke 3, ke 4, dan seterusnya….sampai akhirnya ke telinga sang empunya. Nah lo, repotkan???

“Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang lautan terlihat”, ini salah satu pepatah yang mengena dengan kegiatan ini. Kesalahan orang lain bisa terlihat, sedang kesalahan sendiri tak nampak. Mengapa demikian? Karena banyak di antara kita yang tidak mau intropeksi diri, enggan berkaca, “aku udah bagus belum, udah seperti yang diharapkan belum?” Terlebih lagi memang enak jadi komentator, nggak ada beban yang musti dipikul kayak si pelaku, setelah selesai berkomentar ya sudah…rasanya tak yang salah di diri kita, mata tak terfokus kepada kita tapi kepada si yang kena komentar.

Lihat aja dipertandingan sepak bola, banyak bagian dari sebuah pertandingan dari wasit, pelatih sampai pemain bisa melakukan kesalahan dan disorot habis-habisan oleh sang komentator.

Komentator : “Iya....Bambang pamungkas menggiring bola ke arah gawang….dan….aaaaaaaahhh…sayang sekali bola tidak berhasil masuk kegawang.  Kita lihat cuplikan ulangnya! Apa terjadi? Sangat disayangkan padahal BP kita kenal sebagai pemain yang memiliki jump yang cukup tinggi serta kemampuan heading yang mumpuni tapi tidak bisa menggunakan peluang yang baik ini.”
Penonton di rumah : “aaaaaaaaaaaahhhh… apaan itu? BP lemaaaahhh…payah!! Ganti…ganti…!!!”

Padahal tanpa kita ketahui si Bambang Pamungkas dengan seluruh kekuatan yang ia miliki telah berupaya agar dapat menghasilkan gol. Hanya saja memang yang tertulis di suratan takdir memang tak seharusnya terjadi pencetakan itu.

Tapi…Komentator dan penonton tak kenal itu, yang pasti si BP harus tampil baik dan menyenangkan mereka. Sama halnya dengan kehidupan, ada segelintir orang yang bila kita tidak sesuai dengan apa harapkan, inginkan, dan patokkan mereka kepada kita, maka kita dianggap payah, jelek, dan buruk! Padahal belum tentu!

Itulah dunia, dimana tak semua yang kita lakukan akan benar di mata orang lain, tak semua orang harus menyukai kita. Menyakitkan? Menyedihkan? Memang demikian adanya, tapi kita musti bisa mengambil setiap titik positif dari apa yang terjadi. Bukankah dari komentar mereka kita dapat lebih jelas bercermin? Berusaha memperbaiki apa yang memang perlu diperbaiki (tapi sesuai garisNya, bukan selalu berdasarkan pandangan mereka karena tak selalu yang mereka nilai itu benar adanya).

Maka ingatlah firman Allah :
“Mereka sekali-kali tidak akan membuat mudharat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja.” (Q.S. Ali-Imran : 111)

“Dan, janganlah kamu hiraukan gangguan-gangguan mereka dan bertakwalah kepada Allah. Dan, cukuplah Allah sebagai pelindung.” (Q.S. Al-Ahzab : 48)

Dan untuk pada komentator…hati-hati! Sebab Allah berfirman :
“Kecelakaanlah bagi setip pengumpat dan pencela” (Q.S. Al-Humazah : 1).

So, kalau menurut saya sih, biarlah orang lain melakukan apa yang ingin mereka lakukan, apa yang menurut mereka benar. Kewajiban kita hanya saling mengingatkan bila mereka tak kuat menapaki jalan Ilahi ini, sekali lagi HANYA MENGINGATKAN! Bukan menghakimi dan bukan pula bergosip (mengghiba) di belakang mereka. Ok…waslm ^_^

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.