Ada Apa Dengan Mie instant?
Mie Instan. Makanan satu ini sepertinya menjadi menu favorit anak kosan, apalagi yang kantongnya sedang kering, kusut, kosong, dan mukanya jadi kumal. hehe...Selain harganya yang memang murah meriah (dibanding beli lauk) menu ini menawarkan rasa yang ser-ser nyaman dilidah. Belum lagi cara menyajikan dan menemukannya yang mudah, terjual bebas!
Konon, mie instant pertama kali dieksperimenkan oleh Momofuko Ando, seorang berkebangsaan Jepang kelahiran Taiwan, tahun 1911. Beliau melihat peluang pada saat musim paceklik yang melanda saat itu, dimana pemerintah menganjurkan rakyatnya untuk lebih banyak mengonsumsi roti dan terigu sebagai pengganti nasi. Didukung oleh kegemaran orang jepang dalam mengonsumsi mie, maka muncullah ide si bapak Ando untuk membuat mie dari terigu. Apalagi mie adalah makanan pokok yang dirasa sangat enak, murah, tahan lama, dan tidak terlalu sulit untuk mengolahnya.
Karena tidak ingin membuat mie biasa yang sudah banyak beredar di pasaran, maka mulailah dia bereksperimen di emper (teras /beranda) rumahnya. Mula-mula adonan mie yang sudah berbentuk mie digoreng agar lebih awet, gurih dan cepat diolah. Lalu ia pun menimbang-nimbang rasa untuk kuahnya itu. Dipilihnya kuah ayam, karena rasanya yang netral dan tidak amis. Sorenya, Ando mulai membawa sekeranjang contoh mie-nya ke pasar. Ternyata seluruh mie-nya ludes terjual di hari itu juga!
Mulai saat itu, berkembang pesatlah usaha bapak Ando ini, sehingga pada Desember 1958, ia sudah bisa menamakan perusahaannya Nissin Food Industries. Dengan seiring dinamakannya produk mie instannya, maka orang mulai mengingat merk tersebut sebagai merk mie instan pertama yang amat digemari di Jepang, Cup Noodle.
Tahun 1960, ia membuka pabrik kedua, dan pada tahun 1961, lahirlah pabrik ketiga dan keempat yang tersebar di beberapa wilayah di Jepang. Dan terus bereksperimen untuk kemajuan mienya ^_^
Lalu bagaimana bisa mie instant terbebar di Indonesia?
Mie instan di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh PT. Sanmaru Foods Manufacturing Indonesia Ltd. yang berdiri pada tahun 1968. Dua tahun kemudian, 9 September 1970, diluncurkanlah merek mi instan pertama di Indonesia, Indomie.
Dan fakta yang mencengangkannya, saat ini Indonesia adalah produsen mi instan terbesar di dunia. Dalam hal pemasaran, pada tahun 2005 Tiongkok menduduki tempat teratas, dengan 44,3 milyar bungkus, disusul dengan Indonesia dengan 12,4 milyar bungkus dan Jepang dengan 5,4 milyar bungkus.Wooww!!
Lalu ada apa dengan Mie instant saat ini?
Kalau Mie di zaman dulu hanya menggunakan bahan-bahan alami tanpa pengawat makanan, namun zaman sekarang mie sudah banyak di tambahkan bahan pengawet makanan, bahkan ada yang menambahkan pengawet mayat yaitu formalin. Hiiii...Tapi terdang kita terbuai oleh rasanya yang enak sehingga lupa akan dampak dan bahayanya.
Dan tahukah kita? Bahwa Mie instant belum dapat dianggap sebagai makanan penuh (Wholesome Food) karena belum mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Mie yang terbuat dari terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi sedikit mengandung protein, vitamin, dan mineral. Maka untuk pemenuhan kebutuhan gizi, mie instan perlu disandingkan dengan sayuran dan sumber protein lainnya, emm..mungkin dapat berupa wortel, tomat, kol, daging, ikan, tempe, atau tahu (mungkin inilah yang menyebabkan gambar pada kemasan mie instan ada item-item ini yah? Walaupun memang tidak tersedia didalam kemasannya sendiri, hee..).
Kandungan minyak dalam mie instant itu sendiri mencapai 30% dari bobot kering. Sehingga patut diwaspadai oleh penderita Obeseitas atau orang yang sedang dalam program penurunan berat badan. Selain itu, kandungan Natriumnya juga tinggi, dimana sumber natrium ini berasal dari garam (NaCl) dan bahan pengembangnya (pada umumnya Natrium tripolifosfat). Natrium ini sendiri memiliki efek yang kurang baik bagi penderita penyakit maag dan hipertensi.
Bagi penderita maag, kandungan natrium yang tinggi menetralkan lambung, sehingga lambung akan mensekresikan asam yang lebih banyak untuk mencerna makanan. Keadaan asam lambung yang tinggi akan berakibat pengikisan dinding lambung yang menyebabkan rasa perih. Sedang bagi penderita hipertensi, natrium akan meningkatkan tekanan darah karena ketidakseimbangan antara natrium dan kalium (Na-K) di dalam darah dan jaringan.
Mie instant juga tidak dapat dikonsumsi oleh penderita autisme, karena mengandung gluten, substansi yang tidak seharusnya dikonsumsi oleh penderita autisme. Dimana bagi penderita autis, gluten dan kasein dianggap sebagai racun karena tubuh penderita autis tidak menghasilkan enzim untuk mencerna kedua jenis protein ini. Akibatnya, protein yang tidak tercerna ini akan diubah menjadi komponen kimia yang disebut opioid atau opiate. Opioid bersifat layaknya obat-obatan seperti opium, morfin, dan heroin yang bekerja sebagai toksin (racun) yang dapat mengganggu fungsi otak dan sistem imunitas, serta menimbulkan gangguan perilaku.
Lantas, bagaimana cara mengonsumsi mie instant tapi tetap sehat?
Berikut beberapa tips yang dicuplik dari www.food.detik.com
Pertama, Perhatikan tanggal kadaluwarsa
Mie instan biasanya memiliki tanggal kadaluwarsa yang tak terlalu panjang, yakni sekitar enam bulan. Perhatikan tanggal tersebut sebelum memasak mie. Menurut Prof. Made, biasanya yang cepat kadaluwarsa adalah bumbunya.
Kedua, Atur Frekuensinya
Apapun yang berlebihan memang tidak baik, termasuk pula dalam mengonsumsi mie instan. "Seminggu sekali cukup," ujar Prof. Made yang berprofesi sebagai Kepala Unit Riset dan Pengabdian Masyarakat. Rutin mengonsumsi mie instan tanpa makan makanan seimbang bisa menyebabkan kekurangan nutrisi.
Ketiga, Cara memasak
Agar mie tersaji lezat, sebaiknya patuhi cara memasak di kemasan mie instan. Bagaimanapun juga, ada perdebatan mengenai dampak kesehatan jika air rebusan mie turut dikonsumsi. "Air rebusan dipisah atau tidak dipisah sama saja, tidak masalah," kata Prof. Made. Tapi, tetap saja, ada yang mendukung pendapat untuk tidak menggunakan air rebusan mie (alias masak 2 kali). Yaaaa...lebih baik mencegah daripada mengobati kan? hee.
Keempat, Kurangi bumbu
Saat cuaca dingin, memang enak menyantap mie sambil menyeruput kuahnya panas-panas. Namun, bumbu mie yang tercampur dalam kuah mengandung sodium, termasuk MSG, dalam kadar tinggi. Sebaiknya tak perlu menyeruput kuahnya sampai habis, atau Anda bisa mengganti bumbunya dengan racikan sendiri. Untuk mie goreng, Anda bisa mengurangi penggunaan bumbunya hingga setengah bagian.
Kelima, Tambahkan topping
Prof. Made menekankan bahwa boleh saja makan mie instan asal tetap mengonsumsi gizi seimbang. Karena mie merupakan sumber karbohidrat, konsumsinya harus dibarengi dengan asupan protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat. Anda bisa menambahkan topping telur, daging, atau sayuran ke mie instan. Tak hanya bernutrisi seimbang, cara ini juga membuat mie terasa lebih enak.
SELAMAT MENIIKMATI MIE INSTANT...! ^_^
Konon, mie instant pertama kali dieksperimenkan oleh Momofuko Ando, seorang berkebangsaan Jepang kelahiran Taiwan, tahun 1911. Beliau melihat peluang pada saat musim paceklik yang melanda saat itu, dimana pemerintah menganjurkan rakyatnya untuk lebih banyak mengonsumsi roti dan terigu sebagai pengganti nasi. Didukung oleh kegemaran orang jepang dalam mengonsumsi mie, maka muncullah ide si bapak Ando untuk membuat mie dari terigu. Apalagi mie adalah makanan pokok yang dirasa sangat enak, murah, tahan lama, dan tidak terlalu sulit untuk mengolahnya.
Karena tidak ingin membuat mie biasa yang sudah banyak beredar di pasaran, maka mulailah dia bereksperimen di emper (teras /beranda) rumahnya. Mula-mula adonan mie yang sudah berbentuk mie digoreng agar lebih awet, gurih dan cepat diolah. Lalu ia pun menimbang-nimbang rasa untuk kuahnya itu. Dipilihnya kuah ayam, karena rasanya yang netral dan tidak amis. Sorenya, Ando mulai membawa sekeranjang contoh mie-nya ke pasar. Ternyata seluruh mie-nya ludes terjual di hari itu juga!
Mulai saat itu, berkembang pesatlah usaha bapak Ando ini, sehingga pada Desember 1958, ia sudah bisa menamakan perusahaannya Nissin Food Industries. Dengan seiring dinamakannya produk mie instannya, maka orang mulai mengingat merk tersebut sebagai merk mie instan pertama yang amat digemari di Jepang, Cup Noodle.
Tahun 1960, ia membuka pabrik kedua, dan pada tahun 1961, lahirlah pabrik ketiga dan keempat yang tersebar di beberapa wilayah di Jepang. Dan terus bereksperimen untuk kemajuan mienya ^_^
Lalu bagaimana bisa mie instant terbebar di Indonesia?
Mie instan di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh PT. Sanmaru Foods Manufacturing Indonesia Ltd. yang berdiri pada tahun 1968. Dua tahun kemudian, 9 September 1970, diluncurkanlah merek mi instan pertama di Indonesia, Indomie.
Dan fakta yang mencengangkannya, saat ini Indonesia adalah produsen mi instan terbesar di dunia. Dalam hal pemasaran, pada tahun 2005 Tiongkok menduduki tempat teratas, dengan 44,3 milyar bungkus, disusul dengan Indonesia dengan 12,4 milyar bungkus dan Jepang dengan 5,4 milyar bungkus.Wooww!!
Lalu ada apa dengan Mie instant saat ini?
Kalau Mie di zaman dulu hanya menggunakan bahan-bahan alami tanpa pengawat makanan, namun zaman sekarang mie sudah banyak di tambahkan bahan pengawet makanan, bahkan ada yang menambahkan pengawet mayat yaitu formalin. Hiiii...Tapi terdang kita terbuai oleh rasanya yang enak sehingga lupa akan dampak dan bahayanya.
Dan tahukah kita? Bahwa Mie instant belum dapat dianggap sebagai makanan penuh (Wholesome Food) karena belum mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Mie yang terbuat dari terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi sedikit mengandung protein, vitamin, dan mineral. Maka untuk pemenuhan kebutuhan gizi, mie instan perlu disandingkan dengan sayuran dan sumber protein lainnya, emm..mungkin dapat berupa wortel, tomat, kol, daging, ikan, tempe, atau tahu (mungkin inilah yang menyebabkan gambar pada kemasan mie instan ada item-item ini yah? Walaupun memang tidak tersedia didalam kemasannya sendiri, hee..).
Kandungan minyak dalam mie instant itu sendiri mencapai 30% dari bobot kering. Sehingga patut diwaspadai oleh penderita Obeseitas atau orang yang sedang dalam program penurunan berat badan. Selain itu, kandungan Natriumnya juga tinggi, dimana sumber natrium ini berasal dari garam (NaCl) dan bahan pengembangnya (pada umumnya Natrium tripolifosfat). Natrium ini sendiri memiliki efek yang kurang baik bagi penderita penyakit maag dan hipertensi.
Bagi penderita maag, kandungan natrium yang tinggi menetralkan lambung, sehingga lambung akan mensekresikan asam yang lebih banyak untuk mencerna makanan. Keadaan asam lambung yang tinggi akan berakibat pengikisan dinding lambung yang menyebabkan rasa perih. Sedang bagi penderita hipertensi, natrium akan meningkatkan tekanan darah karena ketidakseimbangan antara natrium dan kalium (Na-K) di dalam darah dan jaringan.
Mie instant juga tidak dapat dikonsumsi oleh penderita autisme, karena mengandung gluten, substansi yang tidak seharusnya dikonsumsi oleh penderita autisme. Dimana bagi penderita autis, gluten dan kasein dianggap sebagai racun karena tubuh penderita autis tidak menghasilkan enzim untuk mencerna kedua jenis protein ini. Akibatnya, protein yang tidak tercerna ini akan diubah menjadi komponen kimia yang disebut opioid atau opiate. Opioid bersifat layaknya obat-obatan seperti opium, morfin, dan heroin yang bekerja sebagai toksin (racun) yang dapat mengganggu fungsi otak dan sistem imunitas, serta menimbulkan gangguan perilaku.
Lantas, bagaimana cara mengonsumsi mie instant tapi tetap sehat?
Berikut beberapa tips yang dicuplik dari www.food.detik.com
Pertama, Perhatikan tanggal kadaluwarsa
Mie instan biasanya memiliki tanggal kadaluwarsa yang tak terlalu panjang, yakni sekitar enam bulan. Perhatikan tanggal tersebut sebelum memasak mie. Menurut Prof. Made, biasanya yang cepat kadaluwarsa adalah bumbunya.
Kedua, Atur Frekuensinya
Apapun yang berlebihan memang tidak baik, termasuk pula dalam mengonsumsi mie instan. "Seminggu sekali cukup," ujar Prof. Made yang berprofesi sebagai Kepala Unit Riset dan Pengabdian Masyarakat. Rutin mengonsumsi mie instan tanpa makan makanan seimbang bisa menyebabkan kekurangan nutrisi.
Ketiga, Cara memasak
Agar mie tersaji lezat, sebaiknya patuhi cara memasak di kemasan mie instan. Bagaimanapun juga, ada perdebatan mengenai dampak kesehatan jika air rebusan mie turut dikonsumsi. "Air rebusan dipisah atau tidak dipisah sama saja, tidak masalah," kata Prof. Made. Tapi, tetap saja, ada yang mendukung pendapat untuk tidak menggunakan air rebusan mie (alias masak 2 kali). Yaaaa...lebih baik mencegah daripada mengobati kan? hee.
Keempat, Kurangi bumbu
Saat cuaca dingin, memang enak menyantap mie sambil menyeruput kuahnya panas-panas. Namun, bumbu mie yang tercampur dalam kuah mengandung sodium, termasuk MSG, dalam kadar tinggi. Sebaiknya tak perlu menyeruput kuahnya sampai habis, atau Anda bisa mengganti bumbunya dengan racikan sendiri. Untuk mie goreng, Anda bisa mengurangi penggunaan bumbunya hingga setengah bagian.
Kelima, Tambahkan topping
Prof. Made menekankan bahwa boleh saja makan mie instan asal tetap mengonsumsi gizi seimbang. Karena mie merupakan sumber karbohidrat, konsumsinya harus dibarengi dengan asupan protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat. Anda bisa menambahkan topping telur, daging, atau sayuran ke mie instan. Tak hanya bernutrisi seimbang, cara ini juga membuat mie terasa lebih enak.
SELAMAT MENIIKMATI MIE INSTANT...! ^_^
Leave a Comment