Mari cari tahu tentang Sinusitis!
Apa itu Sinusitis dan bagaimana gejalanya?
Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasal. Peradangan ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa. Sinusitis dibedakan menjadi sinusitis akut yaitu infeksi pada sinus paranasal sampai dengan selama 30 hari baik dengan gejala yang menetap maupun berat. Gejala yang menetap yang dimaksud adalah gejala seperti adanya keluaran dari hidung, batuk di siang hari yang akan bertambah parah pada malam hari yang bertahan selama 10-14 hari, yang dimaksud dengan gejala yang berat adalah di samping adanya sekret yang purulen (mengandung nanah), juga disertai demam (bisa sampai 39ÂșC) selama 3-4 hari. Sinusitis berikutnya adalah sinusitis subakut dengan gejala yang menetap selama 30-90 hari. Sinusitis berulang adalah sinusitis yang terjadi minimal sebanyak 3 episode dalam kurun waktu 6 bulan atau 4 episode dalam 12 bulan. Sinusitis kronik didiagnosis bila gejala sinusitis terus berlanjut hingga lebih dari 6 minggu.
Namun, pada umumnya gejala Sinusitis berupa hidung tersumbat, sekret hidung yang kental berwarna hijau kekuningan atau jernih, dapat pula disertai bau, nyeri tekan pada wajah di area pipi, di antara kedua mata dan di dahi, batuk, demam tinggi, sakit kepala/migraine, serta menurunnya nafsu makan, dan malaise (perasaan tidak nyaman). Waspadalah bila telah merasakannya! Segera periksakan ke dokter yah! ^_^
Bagaimana cara penularan dan siapa saja yang rentan terhadap penyakit ini?
Penularan sinusitis adalah melalui kontak langsung dengan penderita melalui udara. Oleh karena itu untuk mencegah penyebaran sinusitis, dianjurkan untuk memakai masker (penutup hidung), cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita.
Faktor yang lebih rentan terhadap sinusitis adalah orang-orang yang memiliki kasus:
a. ISPA yang disebabkan oleh virus
b. Rhinitis (peradangan selaput lendir hidung) oleh karena alergi maupun non-alergi
c. Obstruksi nasal (tersumbatnya perjalanan udara di dalam hidung)
d. Pemakaian “nasogastric tube”.
Lalu bagaimana cara mendiagnosisnya?
Penegakan diagnosis adalah melalui pemeriksaan klinis THT, aspirasi sinus yang dilanjutkan dengan kultur dan dijumpai lebih dari 104/mL koloni bakteri, pemeriksaan x-ray dan CT scan (untuk kasus kompleks). Sinusitis viral dibedakan dari sinusitis bakteri bila gejala menetap lebih dari 10 hari atau gejala memburuk setelah 5-7 hari. Selain itu sinusitis virus menghasilkan demam menyerupai sinusitis bakteri namun kualitas dan warna sekret hidung jernih dan cair.
Sinusitis bakteri akut umumnya berkembang sebagai komplikasi dari infeksi virus saluran napas atas. Bakteri yang paling umum menjadi penyebab sinusitis akut adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Patogen yang menginfeksi pada sinusitis kronik sama seperti pada sinusitis akut dengan ditambah adanya keterlibatan bakteri anaerob dan S. aureus.
Apa yang terjadi bila penyakit ini tidak tertangani dengan baik?
Dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut:
a. Meningitis (radang selaput pelindung pada otak dan sumsum tulang belakang).
b. Septikemia (suatu keadaan dimana terdapatnya multiplikasi bakteri dalam darah).
Sedangkan pada sinusitis kronik dapat terjadi kerusakan mukosa sinus, sehingga memerlukan tindakan operasi untuk menumbuhkan kembali mukosa yang sehat.
Bagaimana cara penyembuhannya?
Tujuan dari terapi adalah membebaskan obstruksi, mengurangi viskositas sekret, dan mengeradikasi kuman.
a. Terapi Pokok
Terapi pokok meliputi pemberian antibiotika dengan lama terapi 10-14 hari, kecuali bila menggunakan azitromisin. Untuk gejala yang menetap setelah 10-14 hari maka antibiotika dapat diperpanjang hingga 10-14 hari lagi. Pada kasus yang kompleks diperlukan tindakan operasi.
b. Terapi Pendukung
Terapi pendukung terdiri dari pemberian analgesik dan dekongestan. Penggunaan antihistamin dibenarkan pada sinusitis yang disebabkan oleh alergi, namun perlu diwaspadai bahwa antihistamin akan mengentalkan sekret. Pemakaian dekongestan topikal dapat mempermudah pengeluaran sekret, namun perlu diwaspadai bahwa pemakaian lebih dari lima hari dapat menyebabkan penyumbatan berulang.
Untuk lebih mudahnya dapat dilihat dari algoritma pengobatan berikut ini:
Penjelasan:
1. Amoksisilin 250 mg per oral 3 kali sehari adalah obat pilihan untuk sinusitis akut yang diberikan selama 10 hari. Banyak dokter yang berpengalaman menggunakan dosis yang lebih tinggi seperti 500 mg dua kali sehari atau 875 mg 2 kali sehari.
2. Jika pasien gagal untuk merespon atau kambuh, maka diberikan Augmentin (Amoksisilin-asam klavulanat) 250 mg, selama 3-7 hari atau dapat diberikan Ceftin (Cefuroxime) 500 mg per oral 2 kali sehari selama 7-10 hari.
3. Jika pasien alergi Penisilin maka dapat diberikan Eritromisin atau Septra DS (Trimethoprim-Sulfisoxazole) per oral 2 kali sehari, atau keduanya dapat dikombinasikan
4. Ciprofloxacin diberikan bila penyakit pasien terus berlanjut atau kambuh setelah pengobatan antibiotik beta-laktam. Ciprofloxacin 500mg diberikan peroral 2 kali sehari selama 10 hari.
5. Diberikan perawatan antibiotik jangka panjang dengan dosis rendah, efek samping yang rendah. Hal ini dilanjutkan sampai pasien baik dan kemudian setengah dosis lagi diberikan seumur hidup. Obta ini dapat diberikan selama 6,12,18 minggu atau lebih. Toksisitas jangka panjang dan risiko antibiotik dosis rendah lebih kecil daripada anestesi umum.
6. Komplikasi termasuk infeksi periorbital dan abses otak. Sinusitis frontal dan sphenoid juga membutuhkan pengobatan agresif cepat dan rujukan awal karena kecenderungannya untuk menyebabkan meningitis dan abses otak.
7. Kemungkinan dilakukan sinus CT untuk menentukan strategi operasi.
Referensi
Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasal. Peradangan ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa. Sinusitis dibedakan menjadi sinusitis akut yaitu infeksi pada sinus paranasal sampai dengan selama 30 hari baik dengan gejala yang menetap maupun berat. Gejala yang menetap yang dimaksud adalah gejala seperti adanya keluaran dari hidung, batuk di siang hari yang akan bertambah parah pada malam hari yang bertahan selama 10-14 hari, yang dimaksud dengan gejala yang berat adalah di samping adanya sekret yang purulen (mengandung nanah), juga disertai demam (bisa sampai 39ÂșC) selama 3-4 hari. Sinusitis berikutnya adalah sinusitis subakut dengan gejala yang menetap selama 30-90 hari. Sinusitis berulang adalah sinusitis yang terjadi minimal sebanyak 3 episode dalam kurun waktu 6 bulan atau 4 episode dalam 12 bulan. Sinusitis kronik didiagnosis bila gejala sinusitis terus berlanjut hingga lebih dari 6 minggu.
![]() |
Sinusitis Kronik |
![]() |
Sinusitis Akut |
Bagaimana cara penularan dan siapa saja yang rentan terhadap penyakit ini?
Penularan sinusitis adalah melalui kontak langsung dengan penderita melalui udara. Oleh karena itu untuk mencegah penyebaran sinusitis, dianjurkan untuk memakai masker (penutup hidung), cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita.
Faktor yang lebih rentan terhadap sinusitis adalah orang-orang yang memiliki kasus:
a. ISPA yang disebabkan oleh virus
b. Rhinitis (peradangan selaput lendir hidung) oleh karena alergi maupun non-alergi
c. Obstruksi nasal (tersumbatnya perjalanan udara di dalam hidung)
d. Pemakaian “nasogastric tube”.
Lalu bagaimana cara mendiagnosisnya?
Penegakan diagnosis adalah melalui pemeriksaan klinis THT, aspirasi sinus yang dilanjutkan dengan kultur dan dijumpai lebih dari 104/mL koloni bakteri, pemeriksaan x-ray dan CT scan (untuk kasus kompleks). Sinusitis viral dibedakan dari sinusitis bakteri bila gejala menetap lebih dari 10 hari atau gejala memburuk setelah 5-7 hari. Selain itu sinusitis virus menghasilkan demam menyerupai sinusitis bakteri namun kualitas dan warna sekret hidung jernih dan cair.
Sinusitis bakteri akut umumnya berkembang sebagai komplikasi dari infeksi virus saluran napas atas. Bakteri yang paling umum menjadi penyebab sinusitis akut adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Patogen yang menginfeksi pada sinusitis kronik sama seperti pada sinusitis akut dengan ditambah adanya keterlibatan bakteri anaerob dan S. aureus.
Apa yang terjadi bila penyakit ini tidak tertangani dengan baik?
Dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut:
a. Meningitis (radang selaput pelindung pada otak dan sumsum tulang belakang).
b. Septikemia (suatu keadaan dimana terdapatnya multiplikasi bakteri dalam darah).
Sedangkan pada sinusitis kronik dapat terjadi kerusakan mukosa sinus, sehingga memerlukan tindakan operasi untuk menumbuhkan kembali mukosa yang sehat.
Bagaimana cara penyembuhannya?
Tujuan dari terapi adalah membebaskan obstruksi, mengurangi viskositas sekret, dan mengeradikasi kuman.
a. Terapi Pokok
Terapi pokok meliputi pemberian antibiotika dengan lama terapi 10-14 hari, kecuali bila menggunakan azitromisin. Untuk gejala yang menetap setelah 10-14 hari maka antibiotika dapat diperpanjang hingga 10-14 hari lagi. Pada kasus yang kompleks diperlukan tindakan operasi.
b. Terapi Pendukung
Terapi pendukung terdiri dari pemberian analgesik dan dekongestan. Penggunaan antihistamin dibenarkan pada sinusitis yang disebabkan oleh alergi, namun perlu diwaspadai bahwa antihistamin akan mengentalkan sekret. Pemakaian dekongestan topikal dapat mempermudah pengeluaran sekret, namun perlu diwaspadai bahwa pemakaian lebih dari lima hari dapat menyebabkan penyumbatan berulang.
Untuk lebih mudahnya dapat dilihat dari algoritma pengobatan berikut ini:
Penjelasan:
1. Amoksisilin 250 mg per oral 3 kali sehari adalah obat pilihan untuk sinusitis akut yang diberikan selama 10 hari. Banyak dokter yang berpengalaman menggunakan dosis yang lebih tinggi seperti 500 mg dua kali sehari atau 875 mg 2 kali sehari.
2. Jika pasien gagal untuk merespon atau kambuh, maka diberikan Augmentin (Amoksisilin-asam klavulanat) 250 mg, selama 3-7 hari atau dapat diberikan Ceftin (Cefuroxime) 500 mg per oral 2 kali sehari selama 7-10 hari.
3. Jika pasien alergi Penisilin maka dapat diberikan Eritromisin atau Septra DS (Trimethoprim-Sulfisoxazole) per oral 2 kali sehari, atau keduanya dapat dikombinasikan
4. Ciprofloxacin diberikan bila penyakit pasien terus berlanjut atau kambuh setelah pengobatan antibiotik beta-laktam. Ciprofloxacin 500mg diberikan peroral 2 kali sehari selama 10 hari.
5. Diberikan perawatan antibiotik jangka panjang dengan dosis rendah, efek samping yang rendah. Hal ini dilanjutkan sampai pasien baik dan kemudian setengah dosis lagi diberikan seumur hidup. Obta ini dapat diberikan selama 6,12,18 minggu atau lebih. Toksisitas jangka panjang dan risiko antibiotik dosis rendah lebih kecil daripada anestesi umum.
6. Komplikasi termasuk infeksi periorbital dan abses otak. Sinusitis frontal dan sphenoid juga membutuhkan pengobatan agresif cepat dan rujukan awal karena kecenderungannya untuk menyebabkan meningitis dan abses otak.
7. Kemungkinan dilakukan sinus CT untuk menentukan strategi operasi.
Referensi
Direktorat
Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik. 2005. Pharmaceutical
Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Napas. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Catatan: Gambar diambil dari beberapa sumber. ^_^
Leave a Comment