Hidup Sehat, Tenang, dan Damai tanpa Hipertensi

Mungin kita pernah mendengar kalimat, "awas, dia itu Hipertensi! Jangan macam-macam dengannya!" dan hal-hal serupa yang menunjukkan bahwa orang yang suka marah itu adalah "penderita hipertensi". Weits...weits..weits...ekstrim sekali rasanya. Padahal, belum tentu. Emm...mungkin ini salah satu penyimpangan bahasa yang terjadi, maksud kita apa, tapi orang lain menanggapi lain. Mungkin pada awalnya kata-kata ini bermaksud mengingatkan kepada orang yang suka marah, hati-hati bisa terserang hipertensi, atau...ini menggambarkan saja, kalau orang yang sedang marah itu tekanan darahnya meningkat, yang walaupun sifatnya sementara, bila dilakukan terus menerus maka bisa memicu hipertensi. Jadi, marah-marah itu, semacam faktor resiko-lah untuk terjadinya hipertensi, menurut saya demikian.

Nah, Seperti biasa, tak kenal maka tak sayang, maka mari kita kenalan dulu dengan keadaan tubuh kita, agar disayang-sayang, dijaga-jaga, dirawat-rawat, agar terhidar dari kesakitan, hipertensi ini salah satunya.

Sedikit saya gambarkan keadaannya...
Seperti halnya udara dalam ban atau air dalam selang, darah mengisi arteri dengan kapasitas tertentu. Sama seperti tekanan udara terlalu banyak dapat merusak ban atau terlalu banyak air mendorong dapat merusak selang, tekanan darah tinggi dapat mengancam arteri sehat dan menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa seperti penyakit jantung dan stroke. Nah, kondisi terdorong-dorong oleh darah inilah yang dikatakan hipertensi, arteri terdesak karena darah yang mengalir telalu banyak, berebutan gitu.

Apa yang dimaksud dengan tekanan darah? 
Tekanan darah yaitu tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya terdapat dua angka yang akan disebut oleh dokter. Misalnya dokter menyebut 140-90, maka artinya adalah 140/90 mmHg. Angka pertama (140) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung atau pada saat jantung berdenyut atau berdetak, dan disebut tekanan sistolik atau sering disebut tekanan atas. Angka kedua (90) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastolik atau sering juga disebut tekanan bawah.
Berikut klasifikasi tekanan darah

Penyakit ini adalah penyakit misterius, kenapa saya bilang demikian? Karena seperti mr. and mrs. misterius yang biasa datang tanpa aba-aba. Penyakit ini pun kadang kala tidak diketahui tiba-tiba adaaaaa aja! Tanpa gejala-gejala yang menyertai. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mengetahui apakah tekanan darah kita tinggi adalah melalui pemeriksaan teratur. Ini terutama penting jika kita memiliki kerabat dekat yang memiliki riwayat hipertensi.

Namun, kadang kala ketika tekanan darah kita sangat tinggi, mungkin ada gejala tertentu yang dapat dirasakan, diantaranya sakit kepala parah; kelelahan atau kebingungan; adanya masalah penglihatan; nyeri dada; kesulitan bernapas; denyut jantung tidak teratur; adanya darah dalam urin; berdebar di dada, leher, atau telinga.
Bila tanda-tanda ini sudah ada, maka penting untuk segera diperiksakan ke dokter!

Kenapa bisa Hipertensi?
- Faktor Genetik / Keturunan
- Usia
Dengan bertambahnya usia maka elastisitas pembuluh darah pun akan berkurang, sehingga cenderung terjadi penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, tekanan darah pun naik.
- Peningkatan kolesterol plasma (> 240-250 mg/dl)
Hal ini terjadi karena kolesterol tertimbun di dalam darah dan menjadi plak, sehingga ruang gerak darah dalam arteri menyempit, tekanan darah pun akan meningkat.

- Kelebihan Berat Badan / Kegemukan / Obesitas
Hal ini terjadi akibat jepitan timbunan lemak yang menggencet pembuluh darah, sehingga aliran darah menyempit. Hal ini juga dapat terjadi bila kurang olahraga, timbunan lemak akan semakin menumpuk di dalam aliran darah.
- Kebiasaan Merokok / Kafein / Alkohol
Rokok mengandung nikotin yang dapat menyebabkan peningkatan adrenalin, sehingga tekanan darah, denyut nadi, dan curah jantung juga meningkat (hal ini juga terjadi pada kafein, walaupun bukan karena nikotin). Selain itu, rokok juga mengandung zat-zat yang bersifat dapat menyebabkan plak di pada arteri.
Sedangkan alkohol menyebabkan peningkatan kadar kortisol, volume sel darah merah, dan kekentalan darah, sehingga tekanan darah naik.
- Penggunaan garam yang berlebihan
Banyaknya garam yang dikonsumsi dapat menyebabkan ginjal yang bertugas mengolahnya menahan lebih banyak cairan di dalam tubuh, sehingga pembuluh darah akan bekerja ekstra untuk membawa banyak cairan, inilah yang menyebabkan tekanan darah meningkat di dalam pembuluh darah. Hal ini juga terjadi pada Gagal ginjal (renal insufficiency).
- Stress 
Stres dapat menyebabkan peningkatan adrenalin sehingga hantung memompa darah lebih cepat. Tekanan darah menjadi naik.
- Pil KB
Pil KB terutama jenis drospirenon (progestin sintesis yang sangat mirip dengan progestinon alami) dapat meningkatkan resiko pembekuan darah. Yang kemudian menyebabkan darah sulit mengalir.
- Kelainan spesifik dari suatu organ tertentu atau pembuluh darah, seperti ginjal, tumor kelenjar adrenal, dan kelainan aorta

Komplikasi yang akan timbul bila penyakit ini tidak tertangani dengan baik:
- Gangguan jantung (cardiac)
Peningkatan tekanan darah pada arteri diseluruh jaringan tubuhnya, dimana mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah melalui pembuluh darah ini yang mengakibatkan pembesaran otot jantung. Dan ini dapat menjadi suatu pertanda dari gagal jantung, penyakit jantung koroner, dan suatu kelainan irama jantung (cardiac arrhythmias).
- Pengerasan dari arteri-arteri (atherosclerosis atau arteriosclerosis)
Peningkatan tekanan darah pada arteri diseluruh jaringan tubuh yang terlalu sering akan membuat arteri menjadi keras.
- Gangguan ginjal (renal)
Tekanan darah yang tinggi meningkatkan kadar serum kreatinin dapat mengakibatkan kerusakan ginjal. Selain itu adanya protein didalam air seni (proteinuria) merefleksikan kerusakan ginjal.
- Kerusakan mata
Peningkatan tekanan darah mengakibatkan penyempitan arteri kecil, kebocoran retina, dan pembengkakkan syaraf mata.
- Stroke (kerusakan otak)
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stroke, yang dapat menjurus pada kerusakkan otak atau syaraf hingga hemorrhage (kebocoran darah/leaking blood) atau suatu gumpalan darah (thrombosis) dari pembuluh darah yang mensupali darah ke otak.
- Diabetes
Hipertensi merupakan faktor risiko untuk pengembangan dan memburuknya banyak komplikasi diabetes, dan juga memiliki diabetes meningkatkan risiko terkena tekanan darah tinggi.

Lalu bagaimana cara mengobatinya?
Ada beberapa obat konvensional yang dapat digunakan, sesuai dengan kondisi pasien, yaitu:
Kalsium Channel Blocker
Calcium channel blocker adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah yang bekerja dengan memperlambat gerakan kalsium ke dalam sel jantung dan dinding pembuluh darah, sehingga membuatnya lebih mudah bagi jantung untuk memompa dan memperlebar pembuluh darah. Contoh: amlodipine (Norvasc), sustained release nifedipine (Procardia XL, Adalat CC), felodipine (Plendil), nisoldipine (Sular).

ACE Inhibitor
Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor adalah obat tekanan darah tinggi yang memperluas atau melebarkan pembuluh darah untuk meningkatkan jumlah darah pompa jantung dan menurunkan tekanan darah. Contoh: enalapril (Vasotec), captopril (Capoten), lisinopril (Zestril and Prinivil), benazepril (Lotensin).

Diuretik
Untuk tekanan darah tinggi, diuretik membantu tubuh Anda menyingkirkan air dan garam yang tidak dibutuhkan melalui urin. Menyingkirkan kelebihan garam dan cairan membantu menurunkan tekanan darah dan dapat membuat lebih mudah bagi jantung untuk memompa. Contoh:  furosemide (Lasix) dan torsemide (Demadex), hidroklortiazid.

Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)
Sampai disini saya jadi ingat salah satu pejabat tinggi di negeri ini, haha...soalnya singkatan namanya sama sih :P Tapi sudahlah, mari kita lanjutkan lagi, Angiotensin II receptor blocker (ARB) memiliki efek yang sama seperti ACE inhibitor, jenis lain dari obat tekanan darah, tetapi bekerja dengan mekanisme yang berbeda, yaitu dengan menghalangi aksi dari angiotensin II. ARB mencegah angiotensin II mengikat pada reseptor angiotensin II pada pembuluh-pembuluh darah. Contoh: losartan (Cozaar), irbesartan (Avapro), valsartan (Diovan), candesartan (Atacand), olmesartan (Benicar), telmisartan (Micardis), eprosartan (Teveten)

Beta-blocker
Beta-blocker adalah obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi . Mereka memblokir efek dari sistem saraf simpatik pada jantung. Contoh: atenolol (Tenormin), propranolol (Inderal), metoprolol (Toprol), nadolol (Corgard), betaxolol (Kerlone), acebutolol (Sectral), pindolol (Visken), bisoprolol (Zebeta).

Alpha-blockers
Untuk menurunkan tekanan darah dengan menghalangi reseptor alpha pada otot halus dari arteri peripheral diseluruh jaringan tubuh. Contoh: terazosin (Hytrin), doxazosin (Cardura).

Alpha-beta blockers
Cara kerja yang sama seperti alpha-blockers dan juga memperlambat denyut jantung, seperti yang dilakukan beta-blockers, sehingga lebih sedikit darah yang dipompa melalui pembuluh-pembuluh dan tekanan darah menurun. Contoh: carvedilol (Coreg), labetalol (Normodyne, Trandate)

Clonidine
Penghalang sistem syaraf bekerja dengan menstimulasi reseptor-reseptor pada syaraf-syaraf di otak yang mengurangi transmisi dari pesan-pesan dari syaraf dalam otak ke syaraf pada lain dari tubuh.

Minoxidil
Sebagai vasodilators, yaitu pengendur (relaksan) otot yang bekerja secara langsung pada otot halus dari arteri peripheral diseluruh tubuh, sehingga arteri melebar dan tekanan darah berkurang.








Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.