Maksiat kecil
Setelah baca buku "ON"-nya pak Jamil Azzaini (hasil pinjeman dari seorang temen yang baik hati ^_^ ), ada satu cerita yang akhir-akhir ini sering terngiang di pikiran saya, menggelantung di hati, buat saya was-was, khawatir kalau-kalau saya juga termasuk golongan tokoh dalam cerita tersebut. Kisah yang sepertinya tak asing lagi, pernah saya dengar beberapa kali, entah dari buku bacaan lain, atau dari ceramah orang-orang alim. Tapi, buku ini benar-benar menampar saya di saat yang tepat, di saat mungkin saya lupa tentang satu hal, dosa yang tak terasa.
Berikut cuplikan ceritanya:
Konon, ada seorang lelaki yang mengadu kepada seorang alim. Ia berkata, "Tuan, dosa saya begitu besar, apakah mungkin diampuni oleh Yang Mahakuasa?" Sebelum orang alim itu menjawab, teman lelaki itu berkata, "Benar Tuan, dosa teman saya ini terlalu besar. Kalau saya, Alhamdulillah, tidak punya dosa."
Mendengar perkataan dua lelaki ini, orang alim itu berkata, "Coba kamu tinggalkan dulu tempat ini sejenak. Kepada yang meresa dosanya besar, tolong carikan satu batu yang besar, beratnya sekitar 1 kg. Kepada yang merasa tidak punya dosa, carilah batu kecil tapi banyak, sehingga beratnya mencapai 1 kg juga."
Beberapa waktu kemudian kedua lelaki ini menemui orang alim tersebut dengan masing-masing membawa batu. Mereka duduk di hadapan orang alim itu. Dengan suara yang penuh wibawa, orang alim itu berkata kepada yang merasa dosanya besar, "Kamu membawa batu besar, apakah kamu masih ingat tempat batu itu bila aku meminta kamu mengembalikannya?" Lelaki itu menjawab, "Tentu saya masih ingat, Tuan."
Kepada lelaki yang merasa tak punya dosa, orang alim itu bertanya, "Kamu membawa batu banyak yang beratnya hampir sama dengan sahabatmu, apakah kamu masih ingat tempat masing-masing batu bila aku meminta kamu mengembalikannya?" Dengan sedikit malu lelaki itu menjawab, "Saya tidak tahu dan tidak ingat sama sekali."
"Hati-hatilah terhadap dosa kecil yang sering kau lupakan. Boleh jadi berat dosa itu sama dengan dosa besar yang dilakukan oleh orang lain," jelas orang alim.
Begitu cerita itu usai saya baca, bessst...seketika ada yang nyesek di dada. Takut bukan kepalang, bila saja itu menimpa diri saya. Terlalu terlena dengan kehidupan. Melakukan banyak hal sesuka hati, membuat hati senang. Tak tahunya dosa-dosa kecil saya sudah menumpuk menjadi 1 kg, bahkan lebih, nampak menggunung. Hiks...Saya takut hisab itu akan menghampiri saat saya tak merasa berbuat salah. Maka bagaimana harus kubayar semua kejahatan ini? Mengipaskannya biar jadi NOL?
Lalu kemarin saya baca sebuah cerita di blog dakwatuna.com, entah mengapa moment yang pas itu kembali datang, saat saya merasa sangat kerdil dan hina dina. Hai, bukankah Allah memang selalu tahu kondisi hati kita? Dia yang Maha Penyayang, selalu ada di saat kita butuh, pun butuh penerangan, jalan agar tak galau berkepanjangan. Alhamdulillah.. ^_^
Artikel itu berjudul "Berjuanglah untuk Islam Walau Anda Pelaku Maksiat." Yang ditulis oleh seorang mubaligh bernama Farid Nu'man Hasan.
Beliau mengutip ayat dan hadist sebagai berikut :
Hilangkan keraguanmu, karena Rabbmu yang Maha Pengampun telah berfirman:
"Sesungguhnya kebaikan-kebaikan akan menghapuskan keburukan-keburukan." (QS. Hud: 114).
Hilangkan pula kebimbanganmu, karena kekasih hati tercinta, Nabi-Nya yang mulia –Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- telah bersabda:
"Ikutilah perbuatan burukmu dengan perbuatan baik, niscaya itu akan menghapuskannya." (HR. At Tirmidzi No. 1987, katanya: hasan shahih. Ahmad No. 21354, 21403, 21487, 21536, 21988, 22059, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 296, 297, 298, juga Al Mu’jam Ash Shaghir No. 530, Ad Darimi No. 2833, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 178, katanya: “Shahih, sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim.” Disepakati oleh Imam Adz DZahabi dalam At Talkhish. Sementara Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Syaikh Al Albani menghasankannya dalam kitab mereka masing-masing).
Lalu beliau menyertakan sebuah cerita tentang Abu Mihjan, seorang lelaki yang sangat sulit menahan diri dari khamr (minuman keras). Beliau sering dibawa kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk diterapkan hukum cambuk (Jild) padanya karena perbuatannya itu. Bahkan Ibnu Jarir menyebutkan Abu Mihjan tujuh kali dihukum cambuk. Tetapi, dia adalah seorang laki-laki yang sangat mencintai jihad, perindu syahid, dan hatinya gelisah jika tidak andil dalam aksi-aksi jihad para sahabat nabi Radhiallahu ‘Anhum.
Hingga akhirnya pada sebuah peritiwa, karena cintanya terhadap jihad, membuatnya berubah dan berjanji untuk meninggalkan khamr. (Cerita detailnya silahkan baca dakwatuna.com yah. hehe).
Ya, perlahan tapi pasti, kebaikan menghalangi keburukan. Membiasakan yang baik-baik mencegah perbuatan yang buruk-buruk.
Pada akhir tulisannya, Ust. Farid menuliskan
"Sangat sulit bagi kita mengikuti dan menyamai Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan para sahabat nabi yang mulia, Radhiallahu ‘Anhum. Tetapi, paling tidak kita masih bisa seperti Abu Mihjan, walau dia pelaku maksiat namun masih memiliki ghirah kepada perjuangan agamanya, dan ikut hadir dalam deretan nama-nama pahlawan Islam. Semoga Allah Ta’ala memasukkan kita ke dalam deretan para pejuang agama-Nya, mengikhlaskan, dan memberikan karunia syahadah kepada kita. Amin."
Dan kalimat-kalimat beliau inilah yang membuat saya tersenyum kembali. Bahwa, selalu masih ada jalan meski sehina apapun diri, sekotor apapun hati. Bila mau berusaha untuk berubah. Melakukan yang baik-baik. Mengganti kebiasaan menjadi yang bermanfaat.
Maka Bismillah...semoga hari esok lebih baik dari hari kemarin. Dosa-dosa kecil yang sering tak sadar hinggap bisa berkurang dan kian tiada. Sedang kebaikan menjadi penghias diri setiap detik kehidupan kita. aamiin ^_^
Berikut cuplikan ceritanya:
Konon, ada seorang lelaki yang mengadu kepada seorang alim. Ia berkata, "Tuan, dosa saya begitu besar, apakah mungkin diampuni oleh Yang Mahakuasa?" Sebelum orang alim itu menjawab, teman lelaki itu berkata, "Benar Tuan, dosa teman saya ini terlalu besar. Kalau saya, Alhamdulillah, tidak punya dosa."
Mendengar perkataan dua lelaki ini, orang alim itu berkata, "Coba kamu tinggalkan dulu tempat ini sejenak. Kepada yang meresa dosanya besar, tolong carikan satu batu yang besar, beratnya sekitar 1 kg. Kepada yang merasa tidak punya dosa, carilah batu kecil tapi banyak, sehingga beratnya mencapai 1 kg juga."
![]() |
sumber: wepegalely.blogspot.com |
Kepada lelaki yang merasa tak punya dosa, orang alim itu bertanya, "Kamu membawa batu banyak yang beratnya hampir sama dengan sahabatmu, apakah kamu masih ingat tempat masing-masing batu bila aku meminta kamu mengembalikannya?" Dengan sedikit malu lelaki itu menjawab, "Saya tidak tahu dan tidak ingat sama sekali."
"Hati-hatilah terhadap dosa kecil yang sering kau lupakan. Boleh jadi berat dosa itu sama dengan dosa besar yang dilakukan oleh orang lain," jelas orang alim.
Begitu cerita itu usai saya baca, bessst...seketika ada yang nyesek di dada. Takut bukan kepalang, bila saja itu menimpa diri saya. Terlalu terlena dengan kehidupan. Melakukan banyak hal sesuka hati, membuat hati senang. Tak tahunya dosa-dosa kecil saya sudah menumpuk menjadi 1 kg, bahkan lebih, nampak menggunung. Hiks...Saya takut hisab itu akan menghampiri saat saya tak merasa berbuat salah. Maka bagaimana harus kubayar semua kejahatan ini? Mengipaskannya biar jadi NOL?
Lalu kemarin saya baca sebuah cerita di blog dakwatuna.com, entah mengapa moment yang pas itu kembali datang, saat saya merasa sangat kerdil dan hina dina. Hai, bukankah Allah memang selalu tahu kondisi hati kita? Dia yang Maha Penyayang, selalu ada di saat kita butuh, pun butuh penerangan, jalan agar tak galau berkepanjangan. Alhamdulillah.. ^_^
Artikel itu berjudul "Berjuanglah untuk Islam Walau Anda Pelaku Maksiat." Yang ditulis oleh seorang mubaligh bernama Farid Nu'man Hasan.
Beliau mengutip ayat dan hadist sebagai berikut :
Hilangkan keraguanmu, karena Rabbmu yang Maha Pengampun telah berfirman:
Ø¥ِÙ†َّ الْØَسَÙ†َاتِ ÙŠُذْÙ‡ِبْÙ†َ السَّÙŠِّئَاتِ
"Sesungguhnya kebaikan-kebaikan akan menghapuskan keburukan-keburukan." (QS. Hud: 114).
Hilangkan pula kebimbanganmu, karena kekasih hati tercinta, Nabi-Nya yang mulia –Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- telah bersabda:
ÙˆَØ£َتْبِعِ السَّÙŠِّئَØ©َ الْØَسَÙ†َØ©َ تَÙ…ْØُÙ‡َا
"Ikutilah perbuatan burukmu dengan perbuatan baik, niscaya itu akan menghapuskannya." (HR. At Tirmidzi No. 1987, katanya: hasan shahih. Ahmad No. 21354, 21403, 21487, 21536, 21988, 22059, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 296, 297, 298, juga Al Mu’jam Ash Shaghir No. 530, Ad Darimi No. 2833, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 178, katanya: “Shahih, sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim.” Disepakati oleh Imam Adz DZahabi dalam At Talkhish. Sementara Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Syaikh Al Albani menghasankannya dalam kitab mereka masing-masing).
Lalu beliau menyertakan sebuah cerita tentang Abu Mihjan, seorang lelaki yang sangat sulit menahan diri dari khamr (minuman keras). Beliau sering dibawa kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk diterapkan hukum cambuk (Jild) padanya karena perbuatannya itu. Bahkan Ibnu Jarir menyebutkan Abu Mihjan tujuh kali dihukum cambuk. Tetapi, dia adalah seorang laki-laki yang sangat mencintai jihad, perindu syahid, dan hatinya gelisah jika tidak andil dalam aksi-aksi jihad para sahabat nabi Radhiallahu ‘Anhum.
Hingga akhirnya pada sebuah peritiwa, karena cintanya terhadap jihad, membuatnya berubah dan berjanji untuk meninggalkan khamr. (Cerita detailnya silahkan baca dakwatuna.com yah. hehe).
Ya, perlahan tapi pasti, kebaikan menghalangi keburukan. Membiasakan yang baik-baik mencegah perbuatan yang buruk-buruk.
Pada akhir tulisannya, Ust. Farid menuliskan
"Sangat sulit bagi kita mengikuti dan menyamai Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan para sahabat nabi yang mulia, Radhiallahu ‘Anhum. Tetapi, paling tidak kita masih bisa seperti Abu Mihjan, walau dia pelaku maksiat namun masih memiliki ghirah kepada perjuangan agamanya, dan ikut hadir dalam deretan nama-nama pahlawan Islam. Semoga Allah Ta’ala memasukkan kita ke dalam deretan para pejuang agama-Nya, mengikhlaskan, dan memberikan karunia syahadah kepada kita. Amin."
Dan kalimat-kalimat beliau inilah yang membuat saya tersenyum kembali. Bahwa, selalu masih ada jalan meski sehina apapun diri, sekotor apapun hati. Bila mau berusaha untuk berubah. Melakukan yang baik-baik. Mengganti kebiasaan menjadi yang bermanfaat.
Maka Bismillah...semoga hari esok lebih baik dari hari kemarin. Dosa-dosa kecil yang sering tak sadar hinggap bisa berkurang dan kian tiada. Sedang kebaikan menjadi penghias diri setiap detik kehidupan kita. aamiin ^_^
Leave a Comment