Saya bukan komputer. I'm not a Multitasking person

Pagi ini saya ngadap ke dosen wali. Rencananya untuk PRS (Perbaikan Rencana Studi), jadi kuliah yang saya ambil dan disetujui beberapa pekan lalu, mau saya tambahin lagi.

Sampe depan ruangannya. Beliau dengan cepat mengenali saya, "Silahkan masuk!" Sambutnya sebelum saya sempat mengucapkan salam. Dengan dag dig dug seperti biasa saya berjalan masuk ke ruangan beliau.

"Assalamu'alaikum, Pak."

"Wa'alaikumsalam." Jawabnya sambil kembali fokus ke laptop di hadapannya.

"Ya, Rifa'atul, ada apa?" Tanya beliau.

"Ini Pak, saya mau PRS."

Mendengar ucapan saya mata beliau mendadak terbelalak. Menyorot tajam ke arah saya. "Loh, bukannya udah yah? Saya udah approved tanggal 10 kemaren."

"Oh, iya gitu pak? Padahal saya baru PRS kemarin, kok bisa?"

"Masa? Lantas yang PRS siapa kalau bukan kamu? Coba ingat-ingat dulu, tanggal 10 kamu pernah ngisi PRS g?" Beliau bingung dan tampak tak percaya.

"Em, g Pak. Rasanya saya baru sekali ngisi PRS dan itu kemaren. Trus semalem saya lihat belum diapproved." Kata saya mantap.

"Aduh, gimana sih kamu ini Rifa, coba lihat ini, (sambil ditunjukkan laptopnya yang terisi data PRS saya). Bener kan, tanggal 10? (jarinya mengarah ke layar)." Wajahnya tampak gemas.

Aku tertunduk bingung, berpikir keras. "Ah, saya lupa Pak!" Yang disambut tawa si bapak.

"Rifa...Rifa...kamu yang ngisi, kamu sendiri yang bingung, kenapa bisa lupa begitu?" Tanyanya mulai serius, memajukan kursinya rapat ke meja.

"Banyak pikiran Pak!" Ngasal saja kujawab.

Kali ini tawanya tertahan, "Halah...! Banyak pikiran apa? Kamu mikirin apa emang?"

"Banyak Pak! Sibuk, jadi suka lupa..hehe."

Hp beliau tiba-tiba berdering, diangkat beberapa saat. Di waktu bersamaan saya jadi mikir, "Emang saya pernah ngisi PRS sebelum itu? Kok saya lupa begini yah?" Kubongkar-bongkar file di otakku, tapi tetap tak merasa pernah melakukannya selain kemarin. Untuk meyakinkan maka kubuka aplikasi kalender di hpku. Dan tedeeeenggg!!! Baru kusadari, bahwa 2 hari yang lalu itu tanggal 10, sekarang tanggal 12. Ingatan itu kembali lagi, bahwa betul, saya mengisi PRS itu tanggal 10, bukan kemarin, tapi kemarinnya lagi.

"Iya Pak! Saya udah ingat sekarang. Saya ngisi PRSnya itu 2 hari yang lalu, bukan kemarin" Kusergah beliau segera setelah ia selesai dengan obrolannya di hp.

"Nah, kok tadi lupa? Kamu ini gimana sih? Saya jadi takut, kamu g bisa menyelesaikan kuliahmu semester ini dengan nilai baik. Hal kecil begini saja kamu lupa, bagaimana yang lain? Apalagi kamu nambah SKS, sanggup g?" Katanya serius.

"Iya, InsyaAllah Pak!" Jawabku tertunduk malu.

"InsyaAllah itu janji kamu pada Allah yah!" Katanya lagi.

Aku mengangguk.

Beliau tersenyum, "Jangan-jangan kamu lupa lagi nama saya siapa, coba saya siapa?"

"Pak Fahmi, Pak El Fahmi." Spontan kujawab.

"Dosen wali kamu sebelum saya siapa? Dia kemana?" Tanyanya dengan senyum melebar.

"Pak Sigit, Pak. Beliau kan meninggal. Aku g sakit kok pak, cuma tadi yaahhh..lupa aja." Kataku sewot. Menduga bahwa bapak ini akan berpikir ada gangguan di otak saya.

"Hahaha..." Tawanya membahana. "Iya, siapa juga yang bilang kamu sakit? Saya kan cuma ngetes aja, masih ingat g, waktu tanggal 10 itu kamu ngapain aja?" Ternyata tanyanya masih berlanjut. Baiklah, saya ladeni, dalam hati agak tak nyaman.

"Tanggal 10 itu kan hari senin Pak, saya sempat ke Daarut Tauhiid. Saya kuliah jam 7 pagi dan jam 1 siang." yakin jawabku.

"Iya, terus, ngapain lagi?"

"Disela-sela jam kuliah itu saya ngisi PRS, hehe..baru inget, Pak. Terus nonton di perpus sekalian belajar Bahasa Inggris."

"Lah, terus kapan kamu ke DTnya? Kalau jam 7 sampe sore kamu ada di kampus?" Tanyanya bingung.

"Eh...eh...ya habis kuliah itu Pak." Jawabku ragu. Dan setelah keluar ruangan beliau, saya baru inget lagi kalau hari itu g ke sana. Saya kesana hari ahad, bukan senin. ckckck.

"Oooo..ya ya ya...(beliau manggut-manggut). Kamu itu harus konsen, jangan banyak kegiatan!" Beberapa pekan lalu beliau memang sempat mengitrogasi tentang kegiatan saya di luar kampus.

Lalu sesi tanya jawab itu berlangsung kembali. Saya disuruh menjelaskan tentang mata kuliah apa saja yang saya ambil semester ini, dosennya siapa, materinya sampai mana, yang saya jawab terbata-bata. Saya hanya ingat jelas isi kuliahnya, tentang dosen dan judul kuliah beberapa sempat bikin saya nge-hank. Bapak di hadapan saya hanya senyum-senyum melihat gelagat yang kucipta. Saya pun terbahak-bahak dalam hati atas kedodolan ini.

"Ya, sudah jelas. Kamu itu kurang fokus. Coba kamu kurangi kegiatan di luar! Jangan sampai kegiatan kamu di luar itu bikin kamu di sini gagal! Kalau gagal di sini kemungkinan juga bisa menghancurkan kegiatan kamu di luar sana. Jadi baiknya seimbang. Tak apa-apa, saya mengerti ada orang yang bisa multitasking. Tapi kalau ngelihat kamu seperti ini, nilai juga beberapa g bagus, ya berarti kamu kurang dalam pengaturan waktu. Coba diatur lagi. Saya g nyuruh kamu untuk berhenti dari kegiatan lain. Tapi, harus lihat prioritasnya, prioritas kamu kuliah apa kegiatan yang lain-lain itu? Kalau mungkin di luar sana, dalam organisasi misalnya, perkerjaan kamu bisa dihandle oleh orang lain. Tapi, kalau kuliah, g bisa diwakilkan, ya harus kamu sendiri yang kuliah, kamu sendiri yang belajar, dan nilainya punya kamu sendiri, g ngelibatin orang lain. Coba dipikirkan itu, dipertimbangkan!" Kata beliau bijak. Membuat saya hanya bisa tertunduk ngangguk-ngangguk, membenarkan semua pemikiran beliau.

Usai pertemuan itu, saya jadi berpikir soal Multitasking. Ya, maybe I'm not a multitasking person. Kesibukan yang seabrek-abrek ini, membuat saya melupakan banyak hal, tidak fokus, jadi g 100% dalam melakukan sesuatu, pun dengan hasilnya jadi g maksimal.

Kata seorang neuroscientist, Earl Miller, "People can't multitask very well, and when people say they can, they're deluding themselves," Dan beliau juga bilang kalau, "The brain is very good at deluding itself."
Jadi, kita tak bisa fokus ke lebih dari 1 hal dalam waktu bersamaan.

sumber: ikhlas-ansharullah.blogspot.com
Seiring dengan itu, yang saya baca juga di http://www.pesona.co.id. bahwa
"Otak manusia pada dasarnya tidak didesain untuk melakukan multitasking. Kalau pun kita mengerjakan dua hal sekaligus, seperti makan sambil membaca sms atau jalan sambil mengunyah permen, maka salah satunya dilakukan secara autopilot. Karena sudah menjadi kebiasaan, maka bisa dikerjakan tanpa memerlukan konsentrasi.
Tetapi ketika kita harus mengerjakan dua tugas yang sama-sama membutuhkan konsentrasi penuh dan proses pengambilan keputusan, maka otak kita akan overload. Salah satu efek negatif dari multitasking adalah penurunan kemampuan memori, khususnya short term memory atau disebut ‘working memory’. Bagian otak inilah yang pertama kali mengolah informasi yang masuk untuk disimpan dalam ingatan. Bila kita sedang mengerjakan atau berpikir tentang beberapa hal dalam waktu bersamaan, maka bisa terjadi stimulasi berlebihan pada otak. Proses atensi pun akan berpindah-pindah. Akibatnya, otak tidak dapat memilah mana informasi penting dan tidak penting, sehingga Anda menjadi mudah lupa. Demikian hasil studi dari Clifford Nass, Ph.D. dari Stanford University (2009)."

Dan betapa mutlitasking dapat menurunkan produktivitas seseorang. Pasalnya, otak manusia bukan komputer, yang dapat melakukan tugas dalam satu waktu, dimana keduanya terselesaikan sesuai apa yang kita mau. Otak manusia hanya bisa terfokus pada satu pekerjaan saja. Mungkin saat kita melihat orang dapat belajar sambil mendengarkan musik, dan sebagainya, dia hanya akan terfokus pada salah satunya saja. Atau berpindah-pindah. Jadi saat dia serius belajar (membaca mungkin), maka dia tak kan menghayati isi lagu, tidak akan memikirkan tentang lagu itu, pun sebaliknya ketika dia sedang memikirkan makna yang terlantun, dia tak akan bisa memikirkan isi bacaan. Begitulah, manusia hanya dapat melakukan perpindahan ke fokusan dari satu titik ke titik lain, bukan melakukannya dalam waktu bersamaan. Seperti yang dibuktikan oleh sebuah studi yang dilakukan Meyer dan David Kieras, para psikologi dari University of Michigan, Ann-Arbor, AS, yang menunjukkan bahwa adanya transisi antara perpindahan pekerjaan tersebut.

Jadi, fokus itu penting. Dalam Al-Qur'an pun Allah berfirman :
"Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain." (QS 94: 7).
Kita diperintahkan untuk tidak menyia-nyiakan waktu luang yang ada, tapi saat bersamaan kita juga diperintahkan untuk sungguh-sungguh dalam pekerjaan tersebut. Fokus. 100%. Wallahu'alam.

Ahh...tak heran lagi mengapa saya sering lupa banyak hal akhir-akhir ini. Ya, mungkin otak saya sedang tersiksa. Dan mudah-mudahan saja tidak sampai tahap merusaknya. hehe...Aamiin.
Mari kembali FOKUS! ^_^

Terima kasih kepada bapak dosen waliku yang super perhatian ^_^

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.