Tikus Kanibal
Fa, tikus kamu mati.
Harap segera dieksekusi karena sudah mencemari lingkungan sekitar
Hehehe
Pesan berturut itu berhasil membuat mataku terbelalak. Merasa aneh, karena saya yakin betul sudah memberi mereka jatah makan dan minum untuk 2 hari. Jadi harusnya hari Minggu seperti ini, saya tidak perlu ke lab. lantai 4 kampus dengan ngos-ngosan karena lift sedang tidak beroperasi.
Sebuah
gambar tentang larangan berghibah spontan muncul diingatan. Persis sama dengan
kejadian barusan.
Seperti memakan bangkai saudara sendiri.
Harap segera dieksekusi karena sudah mencemari lingkungan sekitar
Hehehe
Pesan berturut itu berhasil membuat mataku terbelalak. Merasa aneh, karena saya yakin betul sudah memberi mereka jatah makan dan minum untuk 2 hari. Jadi harusnya hari Minggu seperti ini, saya tidak perlu ke lab. lantai 4 kampus dengan ngos-ngosan karena lift sedang tidak beroperasi.
Sebuah
kandang bertuliskan nama saya tegeletak tampak tak terurus. Seekor tikus di
dalamnya mati mengenaskan dilahap 3 kawannya yang kurus kering. Rasanya ingin
muntah menyaksikan hal itu, bahkan mulut seekor lainnya masih berlumuran darah,
saksi kekanibalannya. Tak pernah terpikir kejadian ini akhirnya menghampiri
saya juga. Sesuatu yang sebelumnya hanya saya lihat pada tikus penelitian orang lain.
Sepanjang
jalan pulang setelah mengamankan jenazahnya, saya mengingat-ngingat perihal
kandang terabai itu. Mungkin memang karena kelalaian saya, ia terlupakan, hingga
tikus-tikus itu kelaparan lalu saling memakan. Hiks...

Seperti memakan bangkai saudara sendiri.
Firman
Allah:
“...Dan
janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian
kalian menggunjing (ghibah) kepada sebagian yang lainnya. Apakah kalian suka
salah seorang diantara kalian memakan daging saudaramu yang sudah mati? Maka
tentulah kalian membencinya. Dan bertaqwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat dan Maha Pengasih.” (Qs. Al-Hujurat: 12)
Tapi mengapa
terlalu sering kita lakukan? Mungkinkah kita golongan para Tikus kanibal?
Bukannya
prihatin dengan nasib temannya yang sekarat, yang tertimpa kemalangan, malah
berkomplot dengan yang lain untuk mehabiskannya.
Mungkin
karena mereka tikus. Harap maklum saja, mereka tak punya akal untuk menimbang
baik dan buruk. Hati? Memang hanya difungsikan untuk sesuatu yang sifatnya
lahiriah saja. Tapi kita? Punya akal, hati dengan segala maknanya.
Jika para
Tikus kanibal memakan kawannya untuk bertahan hidup, lalu apa tujuan kita
melakukan hal yang sama? Bertahan eksis? Lucu sekali.
Pantas saja,
kita sering disebut lebih buruk daripada binatang. Memang lebih memuakkan
dibandingkan para Tikus kanibal.
Na’udzubillah.
Maka mungkin
dikemudian hari, saat sedang ingin sekali ber-ghibah, patutnya saya mengingat
kembali kejadian ini. Betapa menjijikkanya, betapa menyedihkannya. Sehingga menarik
diri untuk tidak menyatakannya.
Leave a Comment