Kenangan
Takkan kuat kita hanya dengan berlari
Kadang, kita harus berdiri saja, tegap, tak gentar
Kadang, kita harus berdiri saja, tegap, tak gentar
Menyambut yang ada di depan
mata, saat ini
Betapa sering kita ingin kembali “kecil”.
Hidup jujur tanpa perlu terbebani apapun. Dengan senang hati mencoba ini dan
itu. Tak kenal takut, punya banyak energi. Setiap moment kita lalui dengan sepenuh hati. Sering tertawa
terbahak-bahak sampai berguling-guling, atau menangis hingga tertidur. Tak ada image yang perlu kita jaga, tak perlu
topeng.
Kadang, kita ingin kembali ke masa dulu.
Merasakan lagi lonjatan-lonjatan bahagia tak terkira, mungkin juga semangat
yang menggebu. Ketika semua hal terasa mendukung dan tak ada yang perlu
ditangisi.
Hingga... kita sering berandai, punya laci
meja belajar seperti milik Nobita yang bisa membawa ke waktu lampau.
Mengapa kita tak bisa kembali menjadi “muda”
saja? Menikmati masa itu. Tak bisakah kita memilih hanya mengabadikan apa-apa
yang kita sukai?
Ah...mungkin kita tak benar-benar ingin
menjadi kecil lagi atau mengulang masa yang lalu. Seperti halnya kita tak
selalu benar-benar menginginkan apa yang kita inginkan, bukan? Andaikan
sekarang lebih baik dari yang dulu, apakah masih ingin kita kembali?
Ya, barangkali kita hanya sedang terlelah dalam
situasi sekarang, berada di tempat ini, memikirkan hal begini. Terlalu banyak
tekanan, banyak tuntutan. Barangkali, kita hanya ingin berada pada perasaan
serupa, waktu kecil, di masa tertentu. Lalu kita mulai merindu,
mengenang-ngenang. Padahal, kita hapal sekali tentang “segala sesuatu pasti ada
akhirnya”. Hidup tak melulu tentang senangnya saja, tak pula terus-terusan
tentang kepiluan. Perguliran rasa suka dan duka adalah 2 sisi kehidupan yang
tak terelakkan. Bahkan mungkin tak ada yang namanya bahagia bila tak kenal
sedih, dan sebaliknya.
Bukankah dengan menjadi semakin “besar”atau
dengan adanya kita di waktu ini, pertanda bahwa kita telah melewati dan belajar
tentang banyak hal? Tentang masa kecil, tentang yang lalu. Dari kejadian demi
kejadian.
Sepertinya, kita hanya sedang merindu saat bersenang
hati hanya dengan sesuatu yang sederhana. Baju baru, teman baru, bermain,
berlari. Beberapa hal yang ketika dewasa tak cukup lagi untuk sekedar membuat
kita kegirangan.
Dulu, hanya dengan mobil-mobilan atau
rumah-rumahan kita akan sumringah sekali. Kini, kita membutuhkan mobil dan
rumah sunguhan. Kita wajib bertanggung jawab, dituntut mewujudkan banyak hal.
Demikian, mungkin kita tak bisa kembali menjadi
kecil, kembali muda, kembali ke masa yang lalu. Tapi bukan berarti kita hanya
bisa meratapi kekinian, yang mungkin sedang menyedihkan.
Tentang apa-apa yang kita syukuri di waktu dulu,
bukankah bisa kita hidupkan kembali? Dengan menjadikannya sebagai cermin
tentang kebahagiaan yang sederhana, dari hal-hal kecil di sekitar kita.
Demikian adanya kenangan, sesatu yang bisa
kita set ulang dan ulang untuk mengambil yang baiknya dan membuang yang
buruknya.
Leave a Comment